1. FUNGSI DWDM
Secara umum sistem DWDM melakukan
fungsi-fungsi sebagai berikut:
·
Menghasilkan sinyal. Sumber cahaya (LASER atau
LED) harus menyediakan cahaya yang stabil dengan spesifikasi tertentu,
bandwitdh yang sempit yang membawa data digital, dimodulasi sebagai suatu
sinyal analog.
·
Mentransmisikan sinyal. Efek degradasi sinyal
atau gangguan lainnya dapat diminimalisir dengan cara mengontrol
variabel-variabel yang berpengaruh seperti spacing kanal, toleransi panjang
gelombang cahaya dan tingkatan daya LASER.
·
Penguatan sinyal dan regenator. Sinyal yang
dilewatkan melalui serat optik harus mengalami penguatan. Penguat sinyal
berfungsi untuk menguatkan sinyal yang diterima untuk diteruskan kembali,
sementara regenerator selain memiliki kemampuan untuk menguatkan sinyal juga
dapat memperbaiki kualitas sinyal yang diterima, sehingga sinyal keluarannya
memiliki kualitas yang baik.
Terdapat 2 tipe penguat optikal yaitu:
Ø Solid
State Optical Amplifier berupa penguat optikal yang terbuat dari bahan
semikonduktor.
Ø Fiber
Amplifier berupa penguatan pada serat optik yang terbagi atas EDFA (Erbium
Doped Fiber Amplifier) dan Raman Amplifier.
Sementara untuk jenis penguatan sinyal di dalam serat optik
sendiri terdapat 3 macam yakni post ampifier, pre amplifier dan line amplifier.
Pada gambar di bawah di tunjukkan ilustrasi tentang penguatan tersebut. Saat
sinyal mulai ditransmisikan, maka dilakukan penguatan melalui post amplifier.
Pada saat sinyal melewati serat optik, maka dilakukan penguatan kembali melalui
line amplifier. Selain itu, line amplifier juga berfungsi untuk memperbaiki
sinyal yang diterima sehingga pada saat akan dikirimkan kembali, sinyal menjadi
bagus seperti semula. Pada sisi akhir, saat sinyal akan diterima kembali, maka
dilakukan penguatan melalui pre amplifier.
(Gambar 1.a Ilustrasi Penguatan Sinyal)
·
Memisahkan sinyal yang diterima. Pada sisi
penerima akhir, sinyal yang tadinya dimultipleks, harus dipisahkan melalui
demultiplekser.
·
Menerima sinyal. Sinyal yang telah
didemultipleks diterima oleh suatu photodetector.
Sebagai fungsi tambahan, sistem DWDM harus
juga dilengkapi dengan antarmuka (interface) dengan sisi client untuk menerima
sinyal masukan oleh suatu perangkat yang dinamakan transponder. Transponder
berfungsi untuk mengubah sinyal masukan dari sisi client atau perangkat lain
yang memiliki jenis traffic yang berbeda ke dalam jenis sinyal yang dikenal dan
dapat ditransmisikan oleh sistem WDM.
Terdapat
fungsi lain dari perangkat pada sistem DWDM yaitu ADM (Add/Drop Multiplekser)
dan OXC (Optical Cross Connect). ADM diperlukan jika antara dua terminal yang
saling terhubung akan diintegrasikan atau disisipkan terminal lain. Fungsi ADM
juga dilakukan oleh sebuah multiplekser dan demultiplekser.
(Gambar
1.b Sistem DWDM Dengan ADM)
Optical cross connect atau OXC diperlukan jika
akan melakukan integrasi atau interkoneksi beberapa jaringan optik menjadi satu
jaringan. OXC terdiri atas mux/demux dan juga switching optikal. Berikut
merupakan ilustrasi OXC dalam jaringan optik.
(Gambar 1.c. OXC
Dalam Jaringan Optik)
Prinsip kerja dari teknologi DWDM
secara umum memilki persamaan dengan media transmisi lainnya dalam mengirimkan
sinyal informasi dari satu tempat ke tempat lain. Untuk teknologi DWDM
menggunakan media transmisi berupa fiber optic, dimana semua sumber sinyal
informasi(λ1-λn) dari transmiter akan dimultipleksikan ke dalam satu fiber,
setelah itu sinyal informasi tersebut ditransmisikan kemudian masuk ke
perangkat demuktiplekser untuk disebarkan kembali sesuai tujuan masing-masing
sinyal yang akan diterima oleh receiver.
Pada teknologi DWDM ini terdapat
komponen pendukung diantaranya jenis filter, serat optic dan penguat optik.
Jenis filter yang digunakan pada umumya antara lain Dichroic interference
Filters(DIF), Fiber Bragg Gratings(FBG), Array Wavegiude Filters(AWG) dan
Hybrid Fused Cascade Fiber(FCF) dengan Mach-Zehnder(M-Z) interference. Komponen
selanjutnya adalah serat optic dengan dispersi yang rendah, sementara penguat
optic yang banyak digunakan adalah EDFA(Erbium Doped fibre Amplifier(1530-1565
nm)) dan msih banyak lagi jenis penguat lainnya contoh raman amplifier dll.
Penggunaan penguat optic sangat penting peranannya di dalam perkembangan
teknologi DWDM tersebut sebagai penguat sinyal optic dan proses 3R (Reshaping ,Regenerating
,Retiming) untuk menjaga kualitas sinyal yang maksimal.
DWDM mempunyai karakteristik dimana
panjang gelombang diskrit dari sebuah orthogonal set dari gelombang pembawa
dapat dipisahkan, dirutekan, dan di switch tanpa adanya interferensi satu sama
lain. Untuk mengimplementasikan jaringan wdm diperlukan bermacam-macam komponen
pasif dan aktif untuk kombinasi, distribusi , isolasi , dan penguatan daya
optic pada panjang grlombang yang berbeda-beda . Komponen pasif tidak mempunyai
control eksternal untuk pengoperasiannya, sehingga mempunyai keterbatasan dalam
fleksibilitas aplikasinya. Sebaliknya , komponen aktif mempunyai derajat
fleksibilitas tinggi karena dapat dikontrol secara elektronik atau optic
Sistem
pengolahan dan penyajian data performansi jaringan optik tersebut masih
dilakukan secara manual, yakni dengan mangamati raw data (data berekstensi txt)
pada monitor terminal (NMS) yang cukup banyak jumlahnya untuk dipilih parameter
tertentu. Sehingga sangat melelahkan karena memakan waktu cukup lama. Data
hasil pilihan tersebut kemudian disajikan dalm bentuk Excel. Data tersebut
hanya dapat dilihat pada layar monitor terminal setempat.
Dimana Interface optik port STM-16
(2,5 Gbps) Panjang gelombang operasi, tipe serat, daya output, SMSR (Side Mode
Suppression ratio), extinction ratio, attenuasi, dan sensitivitas.
Interface optik port STM64 (10 Gbps)
Panjang gelombang operasi, tipe serat, daya output, SMSR (Side Mode Suppression
Ratio), extinction ratio, attenuasi, sensitivitas.
Parameter-parameter yang digunakan
untuk menguji kelayakan perangkat terhadap suatu sistem yaitu redaman,
dispersi, dan daya terima.
Pada mulanya teknologi WDM
(Wavelength Division Multiplexing) yang merupakan cikal bakal lahirnya DWDM
berkembang dari keterbatasan yang ada pada sistem serat optik, dimana
pertumbuhan trafik pada sejumlah jaringan backbone mengalami percepatan yang
tinggi sehingga kapasitas jaringan tersebut dengan cepatnya terisi. Hal ini
menjadi dasar pemikiran untuk memanfaatkan jaringan yang ada dibandingkan
membangun jaringan baru.
Pada perkembangan WDM, beberapa
sistem telah sukses mengakomodasikan sejumlah panjang gelombang dalam sehelai
serat optik yang masing-masing berkapasitas 2,5 Gbps sampai 5 Gbps. Namun
penggunaan WDM menimbulkan permasalahan baru, yaitu ke-nonlinieran serat optik
dan efek dispersi yang kehadirannya semakin significant yang menyebabkan
terbatasnya jumlah panjang gelombang 2 - 8 buah saja di kala itu.
Pada perkembangan selanjutnya, jumlah
panjang-gelombang yang dapat diakomodasikan oleh sehelai serat optik bertambah
mencapai puluhan buah dan kapasitas untuk masing-masing panjang-gelombang pun
meningkat pada kisaran 10 Gbps, kemampuan ini merujuk pada apa yang disebut
DWDM.
Namun pada dasarnya, DWDM merupakan
pemecahan dari masalah-masalah yang ditemukan pada WDM, dimana dari segi
infrastruktur sendiri praktis hanya terjadi penambahan peralatan pemancar dan
penerima saja untuk masing-masing panjang gelombang yang dipergunakan. Inti
perbaikan yang dimiliki oleh teknologi DWDM terletak pada jenis filter, serat
optik dan penguat amplifier. Jenis filter yang umum dipergunakan di dalam
sistem DWDM ini antara lain Dichroic Interference Filters (DIF), Fiber Bragg
Gratings (FBG), Array Waveguide Filters (AWG) and Hybrid Fused Cascaded Fiber
(FCF) dengan Mach-Zehnder (M-Z) interferometers.
Komponen berikutnya adalah serat
optik dengan dispersi yang rendah, dimana karakteristik demikian sangat
diperlukan mengingat dispersi secara langsung berkaitan dengan kapasitas
transmisi suatu sistem. Jenis serat optik yang banyak dipakai untuk aplikasi
DWDM diantaranya LEAF yang merupakan produk dari Corning, yang oleh para
carriers dipercaya sebagai serat berkualitas terbaik. Sementara penguat optik
yang banyak dipergunakan untuk aplikasi demikian adalah EDFA dengan
karakteristik flat untuk semua panjang-gelombang di dalam spektrum DWDM. Teknik
lain yang yang telah sukses diujicobakan adalah dengan memperpendek jarak antar
kanal, yang biasanya berkisar 1 nm menjadi 0,3 nm. Hal ini terutama berguna
pada sistem yang spektrum penguatan dari penguat optiknya kurang merata.
Pada awal perkembangan DWDM dikhususkan
untuk jaringan backbone provider dengan kapasitas yang besar. Namun dengan
perkembangan teknologi terbaru sekarang bisa di implementasikan dalam cakupan
transimisi antar jaringan pelanggan. Provider Telkom menggunakan basis Alcatel
Lucent PSS (Photonic Service Switch) sebagai multiplexer nya. Teknologi
terbaru DWDM 100G berbasis Alcatel-Lucent 1830 Photonic Service Switch (PSS)
ditawarkan kepada pelanggan sebagai solusi pengganti teknologi Metro Ethertnet
yang semakin banyak penggunaanya sehingga kebutuhan bandwidth semakin
bertambah. Metro Ethernet mempunyai beberapa keterbatasan pada saat jam sibuk
dan trafik data penuh, sering kali didapatkan packet loss pada sistem
pelanggan. Sedangkan DWDM mempunyai beberapa keuntungan yang didapatkan
baik dari sisi operator maupun pengguna layanan, diantaranya kemudahan
penambahan kapasitas yang terintegrasi dengan teknologi terbaru dibandingkan
pendahulunya jaringan berbasis Metro Ethernet.
DWDM
digunakan untuk jaringan backhaul BTS pada jaringan GSM. Sistem pengolahan dan
penyajian data performansi jaringan optik tersebut masih dilakukan secara
manual, yakni dengan mangamati raw data (data berekstensi txt) pada monitor
terminal (NMS) yang cukup banyak jumlahnya untuk dipilih parameter tertentu.
Sehingga sangat melelahkan karena memakan waktu cukup lama. Data hasil pilihan
tersebut kemudian disajikan dalm bentuk Excel. Data tersebut hanya dapat
dilihat pada layar monitor terminal setempat, sementara banyak pihak yang
menginginkan agar data tersebut dapat diakses dimanapun.
Anda Bisa Mendownlaod disini
0 komentar:
Posting Komentar